Iksass Peringati Hari Kemerdekaan Bersama Korban Gempa

SYAMSUL A. HASAN Sabtu, 18 Agustus 2018 08:06 WIB
2184x ditampilkan Berita

Beberapa Pengurus Pusat Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafi’iyah (Iksass) merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia bersama warga Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tertimpa musibah gempa bumi. Pengurus Iksass membantu mereka sebagai realisasi dari Gerakan “Iksass Care”.  Pengurus Iksass datang ke NTB dua tahap. Tahap pertama, dipimpin oleh Ustadzah Hasanah Thohir dan tahap kedua dipimpin oleh Ust. Munif Shaleh, ketua umum PP Iksass.

 

Pada tahap pertama, PP Iksass membantu dengan membawa selimut, terpal, dan lain-lain. Mereka mengadakan rapat koordinasi dengan Pengurus Rayon NTB agar bantuan tersebut tepat sasaran. Bu Hasanah juga meminta masukan pada mereka, tentang barang-barang yang dibutuhkan korban bencana. Informasi tersebut kemudian disampaikan kepada PP Iksass untuk menyiapkan barang-barang yang dibawa pada tahap kedua.

 

Pada tahap kedua tersebut, PP Iksass yang berjumlah 9 orang membawa barang-barang yang dibutuhkan sebanyak dua truk besar. Di antaranya air mineral P2S2 sebanyak 600 dos, beras 2,5 ton, pembalut anak-anak dan perempuan, susu anak-anak, obat-obatan, dan lain-lain.

 

Setelah datang di lokasi bencana, PP Iksass mengadakan koordinasi dengan PR Iksass NTB untuk mendistribusikan sumbangan. Di samping itu, pengurus Iksass mendata siapa saja wali santri yang tertimpa korban gempa bumi. “Sebab untuk tahapan berikutnya, sumbangan dari warga Iksass akan diprioritaskan kepada penanganan pendidikan santri yang ekonominya lumpuh akibat gempa,” tutur Ust. Munif.

 

Langkah Iksass tersebut, sesuai dengan arahan Kiai Azaim, Ketua Umum Majelis Syuri Iksass. Kiai Azaim menaruh perhatian besar kepada korban gempa. Bahkan menurut beliau, seandainya tidak terbentur dengan masalah administrasi, peserta KKN sekarang akan diterjunkan ke wilayah NTB. “Apalagi warga NTB sangat membutuhkan sentuhan psikologis, mereka trauma,” imbuh Bu Hasanah.

 

Untuk sekarang, memang PP Iksass masih menyalurkan bantuan berupa barang. Namun untuk kedepan, barangkali, sudah dipikirkan untuk membantu warga yang tertimpa bencana alam dengan cara yang lain dengan mengarahkan potensi yang dimiliki. Misalnya, di Universitas Ibrahimy sudah ada Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan Prodi Psikologi. Kedua prodi  yang bergerak pada bidang konseling dan psikologi tersebut para mahasiswanya diarahkan untuk membantu warga yang mengalami trauma akibat bencana alam. Tentu, para mahasiswa harus dibekali dengan ilmu praktis misalnya dengan mengadakan pelatihan konseling atau psikologi khusus untuk korban gempa atau bencana alam. Selama ini mahasiswa masih dalam tataran teoretis.